Pembatasan Penampilan

By Yuniar Djafar - Mei 08, 2020


- Design taken from Canva -


Bismillah.


Usia dan Pembatasan Penampilan

Bener, deh, usia itu bukan sekedar angka. Banyak hal yang yang berubah atau butuh penyesuaian saat usia bertambah. Perubahan fisik, perubahan sudut pandang itu yang terjadi.

Pernahkah ada yang merasakan  seperti diingatkan atau ada lintasan pemikiran  saat hendak melakukan sesuatu? (Bukan horor, ya... 😄). Contohnya saat akan pakai baju, sepatu atau apa saja..., kemudian kepikiran: pantas enggak sih, pakai ini? Pernah? Berkaitan dengan riasan, pun begitu. Pernah?

Pembatasan penampilan sesungguhnya sesuatu yang normal setiap memasuki "tanjakan usia" tertentu. Masih ingat saat menolak pakaian kembar dengan kakak karena merasa malu dianggap anak kecil? Atau emoh dipakaikan gaun bertumpuk dan berenda serta lebih memilih blus & rok biasa? Besar sedikit koleksi dilemari jadi penuh dengan T-shirt & jeans?

Itu pula yang terjadi saat  usia bertambah dan tambahnya buaaannnyak... 😄😄😄.  Pertanyaan-pertanyaan tentang pantas dan tidak pantas seperti itu akan semakin kuat. Kemudian "tiba-tiba" saja itu menjadi ketetapan hati, membuat pembatasan penampilan dengan menjauh dari siluet disain begini dan merasa lebih nyaman dengan disain begitu. Merasa lebih aman dengan warna ini dan jadi insecure dengan warna itu. Saya begitu. 

Memasuki usia 50 saya merasa lebih nyaman mengenakan gaun terusan berupa abaya. Padahal sebelumnya saya berpikir gaun terusan itu tidak praktis dan ribet karena yang terbayang "panjang"nya. Tapi pemikiran saya berubah, gaun terusan justru saya rasakan lebih menguntungkan karena sekali pakai tinggal sluu...p! Sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya.  

Meskipun begitu saya tidak melakukan pembatasan penampilan untuk outfit 2pcs seperti setelah tunik dan celana panjang atau kulot. Bahkan celana panjang nge-"jeans" saya masih pakai. Saat mengawal pemotretan--outdoor maupun indoor-- terutama, saya merasa lebih "safe" mengenakan outfit seperti itu. Jadi meski lebih nyaman ber-abaya saya tidak mempunyai pembatasan yang strict.

Pembatasan penampilan memang personal. Artinya ada yang merasa tak lagi nyaman mengenakan celana jeans dan keukeuh untuk benar-benar menjauhinya tapi masih "toleran" dengan yang berbahan "kain". Atau bahkan memutuskan untuk membatasi diri dari semua celana panjang/kulot dan lebih "nyaman" dengan padanan blus dan rok. Berkaitan dengan ini ada seorang teman yang nyeletuk, "Tapi, ya, masak, to, di usia kita ini masih pakai celana jeans?" Saya hanya tersenyum kecil, "Wah, kamu gak tau, ya...kalau saya masih pakai jeans?" Tapi omongan saya itu hanya di dalam hati karena celetukan itu terjadi di grup whatsapp dan bukan ditujukan kepada saya. 😃 

Jika dibuat daftar sepertinya daftar akan bertambah panjang jika topik bahasan memasukkan sepatu sampai pun, tas. Apalagi soal warna. Mengenakan tas punggung misal... Terbayang kah, kalian melihat ibu-ibu paruh baya mengenakan tas punggung? Andai dibuka ruang diskusi membahas ini saya percaya akan ada perbedaan pendapat yang cukup ramai tentang hal ini.


Dua Pertimbangan

Ada dua hal yang selalu menjadi pertimbangan saya dalam berpenampilan. Sederhana, hanya dua saja, yaitu:

1. Syariat
Syariat, maksud saya batas-batas aurat yang harus tertutup sebagai seorang muslimah.

 2. Kenyamanan
Kenyamanan berkaitan dengan fisik produk dan "situasi". Saya masih mempertimbangkan situasi. Termasuk situasi adalah medan yang akan saya tuju. Jika medannya adalah alam yang berbatu-batu--saat traveling, misal--maka saya akan memilih padu padan atasan-celana panjang/kulot (jeans atau bukan). Situasi lain seperti jika menghadiri kajian maka saya akan mengenakan abaya dengan dalaman celana panjang katun. Tapi adakalanya "mood" saya mampu membuat saya sebaliknya. Meski di medan yang "menantang" dalam artian tidak semulus di mal atau tempat perbelanjaan (hahaha...) saya tetap santui saja mengenakan abaya. Tapi kalau di kajian, mood saya, alhamdulillah tidak pernah aneh-aneh. 😄

Jika kedua hal diatas sudah lolos,  maka saat keluar rumah saya akan "menutup mata dan telinga". Itu cara saya untuk menguatkan rasa percaya diri meski mungkin buat orang lain, yang saya kenakan saat itu adalah sesuatu yang unusual

Bagaimana menurut kalian?







































  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Hallo bu Yuni, salam kenal. Isi blognya modist bgt nih.

    Pake backpack dan sepatu sneaker donk bu, waaah rasanya muda terus kalo pake dua hal itu. Saya tim keduanya. Hehe

    Apapun, yg pntg nyaman emang ya. Hal yg ketiga, kalo kita nyaman,org berkata apa mh bukan urusan kita.😁

    www.ghinarahmatika.com

    BalasHapus
  2. Hallou, mbak Gina... Terima kasih ya, sudah mampir dan sapa di SBD. Hihihi, backpack & sneakers ya... Kl backpack sy kadang pakai karena tas begini ini benar-benar membebaskan...dan praktis! Kl sneakers saya blm pernah coba karena sneakers kebanyakan bertali. Saya merasa ribet, ingat jaman sekolah dulu yang musti bolak-balik betulkan tali karena sering terlepas ikatannya. Tapi memang nyaman pkai sneakers... :)) Tapi saya sepakat kl keduanya bisa "nyimpen" banyak umur, jadi kelihatan muda. :))

    BalasHapus