- Gambar diambil dari Pexels-janco-ferlic-59041- |
Bismillah.
He eh, bicara tentang fesyen muslim. Sebentar lagi Idul Fitri, kan? Biasanya sudah mulai nih, H-3 mall dan pusat perbelanjaan diserbu pembeli. Berbondong-bondong orang memborong sepatu dan baju. Lebaran tak harus berbaju baru, ya, tapi tetap saja jika bisa beli yang baru untuk momen setahun sekali ini pasti menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Na, fesyen muslim benar-benar booming kalau sudah begini.
Bicara fesyen muslim, alhamdulillah, sudah tak lagi menjadi hal yang tabu saat ini. Bersyukur juga sekarang, busana muslim benar-benar mewarnai hari-hari penduduk Indonesia tercinta. Tak terbayangkan dahulu perjuangan para assabiqunal awwalun di awal-awal mereka memilih untuk menjalankan ketentuan agama dalam keseharian mereka, dalam hal ini berbusana muslim.
Meski mayoritas penduduk negara besar ini muslim tapi ternyata hanya untuk berbusana muslim (saja) muslimah tak mudah untuk melakukannya. Masih ingat dulu bagaimana rezim saat itu sangat represif dalam merespon hasrat mereka yang ingin menjalankan perintah agama dalam berbusana. Di sekolah, di kantor sangat tidak mudah mendapatkan kebebasan berbusana, jika busana itu busana muslim. Stigma negatif pun dibangun dan disematkan bagi para pelakunya. Subhanallah. Lucu, ya? Tidak hanya lucu tapi juga naif. Untuk mencapai seperti sekarang dibutuhkan perjuangan yang tidak ringan, bahkan hingga ke pengadilan, lo! Intimidasi tak hanya terjadi di sekolah atau tempat kerja saja, bahkan hingga di dalam rumah. Orang tua yang ketakutan mengancam anak-anak mereka bahkan ada yang hingga membakar perlengkapan busana muslim anak-anak mereka (sendiri). Padahal orang tua itu juga muslim. Di sekolah, bagaimana? Di sekolah (baca: sekolah negeri) para siswa yang memilih berhijab dipaksa untuk hengkang. So, ridiculous!
- Foto koleksi Estyle - |
Keadaan semacam di atas tak hanya terjadi di negara kita. Jumlah mayoritas tak serta merta menjamin kemudahan dalam menjalankan keyakinan seseorang dalam berbusana. Para muslimah tetap membutuhkan perjuangan ekstra dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah dalam berbusana. Kabar sebelas-dua belas dengan yang terjadi di negara kita, kita dapatkan dari Turkiye juga. Ya, itulah busana tak hanya sekedar selembar, sekian lembar kain. Busana bagi seorang muslim (juga) bagian dari bentuk ketaatan kepada Sang Pencipta. Islam memang way of life.
Dan sekarang? Alhamdulillah, perjuangan para assabiqunal awwalun itu sepertinya sudah terbayarkan. (Nyaris) tak ada lagi hambatan itu. Para muslimah bebas, sebebas-bebasnya mengenakan busana itu dengan segala modelnya. Ada banyak ala-ala busana muslim dikenakan di negara kita tercinta yang luas ini. Ada ala Arab yang serba tertutup dengan tone warna gelap, ada yang ala Turkiye yang hanya butuh memperpanjang busana pada bagian lengan dan badan saja lalu menempatkan scarf, slayer atau selendang sebagai penutup kepala..., ada yang ala-ala origin 😄 Origin, maksudnya? Maksud saya origin itu orang-orang seperti saya yang nyaman dengan hijab blusukan sekali pakai alias hijab instan, istilahnya. Banyak style pokoknya!
- Gambar diambil dari Pexels-anna-shvets-448204 - |
Ekor panjang dari kebebasan itu adalah menggunungnya para pelaku usaha yang memproduksi busana muslim. Busana muslim dewasa, anak, laki-laki dan perempuan semua ada! Busana muslim formal untuk kerja, pesta, kasual hingga hijab pun merentang lebar. Hijab ada segiempat, ada instan. Printilannya mulai dari ciput hingga peniti bahkan kaos kaki. Masyaa Allah, laa quwwata illa billah. Mau apa saja tersedia. Alhamdulillah.
Tapi ada juga cerita sedihnya. Saat ini busana muslim dianggap sekedar pilihan atau bahkan sekedar tren mode. Tak sulit saat ini kita ketemukan praktik "bongkar-pasang" dalam berbusana ini. Biasanya yang heboh adalah ketika yang melakukannya adalah para pesohor. 😊 Yang terbaru adalah kabar tentang seorang anak mantan gubernur yang sekarang lepas hijab. Subhanallah.
Dalam alam global pun (hahaha, alam global) tarik menarik kepentingan pun tampak. Di tataran bisnis busana internasional mereka berupaya mengaburkan "aidi" (identitas) busana (yang) muslim sebagai busana sopan saja, dari moslem fashion menjadi modest fashion. Diakui atau tidak, this is It!
Kalau sudah demikian sepertinya kita musti kembali tengok alasan kita dalam berbusana muslim. Berbusana muslim tujuannya adalah menutup aurat sebagai bentuk ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta, Allah Subhanallahu wata'ala. Niat itu yang harus dibenahi atau diluruskan kembali. Insya Allah jika itu sudah menjadi pegangan semua jalan akan menjadi mudah. Jika ada masalah bagaimana? Jawabannya, karena niatan berbusana muslim adalah menjalankan kewajiban maka semua masalah yang berkaitan dengan itu kita kembalikan kepada Allah, yang mewajibkan. Kita mohon kekuatan untuk istiqamah apapun penghalangnya kepada-Nya.
Yang perlu diingat, berbusana muslim bukan berarti kita sudah sampai di garis final ketaatan. Berbusana muslim, buat saya, adalah semacam jaring pengaman yang memisahkan kita dari hal-hal yang menjauhkan kita dari Allah. Busana muslim adalah pengingat atau reminder dalam menghadapi godaan dalam kehidupan, apapun itu.
Jadi kalau mau aneh-aneh, busana muslim itu seperti menarik kita untuk tidak terbawa. "Hei, ingat kamu berbusana muslim itu karena ingin shalihah, taat kepada Allah, lo..., masak mau begitu..?" Dalam imajinasi saya, andai busana muslim itu bisa berbicara, mungkin seperti itulah ungkapannya dalam mengingatkan. Menurut saya begitu. Kalau kalian? 😊