Melatih Puasa Sejak Dini

By Yuniar Djafar - Mei 07, 2020



- Design taken from Canva -


Bismillah. 

Puasa adalah kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Dan anak adalah tanggung jawab orang tua. Melatih anak puasa sejak dini merupakan bagian dalam menjalankan kewajiban sebagai orang tua.

Menyenangkan dan menenteramkan menyaksikan anak-anak kecil yang telah menjalankan puasa. Anak-anak yang sejak dini berlatih mencapai derajat takwa. Pahamkah anak-anak bahwa tujuan berpuasa adalah untuk mencapai derajat takwa, bukan karena patuh atau takut kepada orang tua?


Pentingnya memahamkan tujuan puasa 

Saat memahamkan kepada anak tentang tujuan berpuasa pada saat yang sama sebenarnya kita juga memperkenalkan Allah kepada anak. Yang ingin dicapai dari hal ini adalah menjaga anak dari memahami makna puasa secara keliru.  Mengenalkan tujuan berpuasa akan menguatkan anak dalam menahan diri dari tidak makan, tidak minum selama berpuasa. Jika itu yang terjadi maka saat ada godaan lapar atau haus mereka tidak akan mencuri-curi kesempatan atau sembunyi-sembunyi untuk makan-minum karena takut kepada kita sebagai orang tua. 


Kapan usia yang tepat untuk berpuasa?

Melatih berpuasa bisa dimulai sejak anak bisa memahami perintah-perintah sederhana. Bisa usia 2.5 atau 3 tahun. Kenalkan secara bertahap.  

Pada saat Ramadhan beritau mereka bahwa ibu dan ayah berpuasa karena ibu dan ayah sayang sama Allah, ibu dan ayah puasa karena "patuh" sama Allah. Kemudian kenalkan terlebih dahulu tentang sifat Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui. Sepertinya ini yang paling dasar untuk dikenalkan sebagai bekal (melatih) berpuasa.


Buat kesepakatan

Ajak mereka membuat kesepakatan untuk hanya makan-minum pada jam tertentu. Ajak mereka untuk melihat jam. Kenalkan mereka pada angka jika jam di rumah adalah jam digital. Kenalkan jarum jam jika jam di rumah adalah jam analog. Jadikan itu sebagai proses pembelajaran yang menyenangkan. 


Mulai dengan durasi yang pendek dan ringan

Mulai dari yang ringan-ringan saja. Buat kesepakatan mereka untuk menunda sarapan hingga pukul 9, misalnya. Saat telah mencapai pukul 9 dan sarapan beritau bahwa mereka sudah mulai berbuka puasa. Beri kesempatan mereka untuk menikmati makan-minum sekitar satu jam. Selanjutnya beritau mereka bahwa mereka tidak boleh makan dan minum lagi setelah itu. Usahakan jam berbuka puasa mereka akhirnya bisa bersamaan dengan saat adzan dikumandangkan atau saat masuk waktu shalat.

Begitu seterusnya hingga jam "buka" mereka selanjutnya bisa bersamaan dengan waktu berbuka yang sesungguhnya meski itu buka puasa mereka yang ke dua atau bahkan, ke tiga. Jangan lupa puji mereka setiap mereka dapat memenuhi kesepakatan. Tawarkan juga menu khusus kesukaan mereka untuk menarik mereka meningkatkan durasi puasa mereka. Dengan demikian anak tidak merasa berat menjalankannya.

Siapkan kegiatan yang menarik

Untuk mengalihkan perhatian mereka dari rasa lapar dan haus buat kegiatan yang menarik. Orang tua pasti tau minat dan kesenangan anak-anak. Lakukan itu dan nikmati kebersamaan selama berpuasa. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui, deh... Anak-anak teralihkan, bonding orang tua dan anak semakin erat. Mereka pun menjalani puasa dengan gembira.


Jika gagal?

Mungkin mereka masih tergoda. Anda pasti tau apakah rengekan mereka ini karena belum kuat atau manipulatif karena manja. Jika mereka memang nampaknya belum kuat, besarkan hati mereka. 

"Oke, deh, kakak buka dulu sekarang, ibu dan ayah nanti kalau sudah maghrib.  Tapi setelah ini puasa lagi, ya..." katakan demikian dengan memperpendek durasi puasanya. 


Kunci Sukses

Kunci sukses pelatihan ini adalah doa yang diikuti kesabaran dan kreatifitas orang tua. Jika ketiganya bisa dilakukan, in sya Allah anak sejak dini kuat menjalankan puasa dengan pemahaman yang benar.  


Harapan

Memiliki anak shalih/shalihah yang bisa menjadi qurrota 'ayun (penyejuk pandang) tidak cukup hanya dengan doa. Ada upaya yang harus dilakukan untuk itu. Susah payah sejak dini membuat anak lebih ringan dalam melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah pada tahapan usia berikutnya. 

Wallahu 'alam.























  • Share:

You Might Also Like

0 komentar