- Design taken from Canva - |
Bismillah.
Sebelum ini pernahkah ada yang merasakan dikurung berhari-hari bahkan berminggu-minggu hingga melampaui hitungan sebulan? Pernahkah ada yang menduga bahwa ini akan terjadi dalam kehidupan kita? Sama. Saya dulu tak pernah menduga akan turut melampaui jaman yang penuh gejolak ini. Saat masih aktif di sebuah remaja masjid, setiap ada materi yang membahas tentang tanda-tanda hari kiamat, di dalam benak saya selalu berpikir, "Ah, itu masih jauh dan mungkin saya tidak akan mengalaminya. Mungkin saya sudah meninggal, di dalam kubur, baru itu terjadi."
Apakah karantina termasuk tanda-tanda hari kiamat? Hei, saya harus tau diri. Saya tidak memiliki ilmu tentang itu. Ngaji saya masih compang-camping padahal usia sudah merangkak senja. Bukan bangga, atau sok naif... Tapi memang demikianlah adanya. 😢
Ada yang berubah tapi ada yang tanpa saya sadari bahwa sesungguhnya Allah mempersiapkan ini sejak 3 tahun lalu. Tiga tahun lalu sejak usaha saya drop, sangat banyak keseharian saya yang berubah. Dulu, pulang ke rumah pukul sembilan malam adalah hal biasa. Padahal jarak workshop ke rumah tidak lebih dari 2 kilometer. Saya merasakan semangat yang tidak ada habisnya saat itu. Mungkin efek passionate pada pekerjaan yang membuat saya begitu. Tapi sejak adanya masalah besar dan saya benar-benar sudah sampai pada tetesan darah dan keringat terakhir, akhirnya saya menyerah. Sejak saat itu saya mulai belajar untuk menerima kenyataan bahwa manusia memang memiliki batas. Dan mulailah saya berada pada kehidupan yang lebih selow, hingga saya bisa menerima sepenuhnya kegagalan saya. Subhanallah.
Bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S Al-Baqarah ayat 216).
Dan saat pandemi ini datang saya sudah berada pada posisi yang bahkan bisa menikmati ke-selow-an... 😄 Saya bersukur untuk itu. Andai saat pandemi Covid 19 ini datang sedang usaha saya masih "hidup", terbayang pussiiingnya sebagai owner. Pasar sepi, barang numpuk, cicilan, gaji karyawan, biaya ini-itu yang gak bisa disetop tanpa tahu kapan akan berakhir... Wahh, bisa masuk ICU kalau gak kuat-kuat... Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Jadi tidak berpengaruh, nih, Covid 19?
Weelaa..., ya, berpengaruh... Tapi saya berusaha semua pikiran saya arahkan untuk positive thinking, husnuzhan pada Allah. Kecemasan tertular, harga-harga yang melambung, bagaimana kalau begini, bagaimana nanti kalau jadinya begitu..? Itu tidak bisa dihindari tapi saya berusaha untuk rem sekuat tenaga saya. Saya hanya berpikir, kalau kecemasan itu saya ikuti apakah akan membuat keadaan menjadi lebih baik? Jika jawabannya tidak maka saya akan hentikan.
Mungkin ini khas orang tua, ya? Ya, memang iya... 😄😄😄
Santuy, dong..? Bukan masalah santuy tapi seperti saya pernah bilang bahwa pada saat usia memasuki sunset, in sya Allah ada sisi calm down, serenity yang sepertinya bisa taken for granted. Tinggal mau pakai apa enggak.
Dan nasehat yang saya usahakan untuk selalu ingat adalah bahwa Covid 19 ini terjadi dengan seizin Allah. Kalau Allah tidak ijinkan maka mau seperti apa pun tidak akan pernah bisa virus itu menyerang. So? Banyak-banyak berdoa, banyak-banyak berdzikir itu pengaruh Covid 19 buat saya. Doa itu nomor satu, nomor dua berusaha, nomor tiga berdoa. Sungguh menghadapi pandemi ini tidak mungkin selain meningkatkan keterlibatan Allah. Menurut saya begitu. Menurut kalian?
0 komentar