Penerapan Social Distancing

By Yuniar Djafar - April 24, 2020

Gambar oleh Ahmad Ardity dari Pixabay

Bismillah.

Jaga jarak! Kalau diingat-ingat dulu tulisan itu sering terbaca di jendela belakang bemo (angkot) di kota saya. Lengkapnya: Jaga jarak, kami sewaktu-waktu berhenti mendadak! Waktu membacanya, saya komen, "Sak karepe dhewe! Uwong liya kongkon ngerti, dheke dhewe gak mau tau!"

Jengkel enggak sih? Kita yang berada di belakangnya tibatiba harus rem mendadak gara-gara aksi semau gue para sopir angkot itu? Gak hanya yang di belakangnya, yang di dalamnya pun jengkel. Sebagai mantan penumpang, hihihi..., mantan! 😄😄😄 Maksud saya, dulu angkot adalah moda transportasi umum yang sering saya gunakan. Sebagai pengguna jasa, saya sering jengkel saat mereka dengan semau-maunya berhenti untuk mendapatkan penumpang. Kadang sampai mau jatuh dari tempat duduk saking kerasnya hentakan rem mereka. 

Dan, eh..., kini slogan itu muncul di masa pandemi ini. Subhanallah. Apakah masih jengkel? Kalau sekarang sih, tidak. Karena jaga jarak itu untuk kepentingan yang sangat luas. Berawal dari kepentingan jiwa per jiwa, menembus ikatan keluarga hingga sampai kepada kepentingan negara. 


Social Distancing Yang Terjadi Di Tempat Umum.

Penerapan social distancing atau jaga jarak sosial selama ini menurut saya pelaksanaannya masih jauh dari ideal. Saya tidak tau musti dari mana membicarakan hal ini tentang ke-tidak ideal-annya. Saya hanya melihat meskipun itu diterapkan, masih banyak yang berkerumun dan mengabaikannya.  

Social distancing yang kemudian diubah pemerintah menjadi physical distancing ini idealnya diiringi kesadaran pribadi setiap warga. Mestinya warga jadi kecil nyalinya jika mengingat banyaknya daftar ODP, PDP hingga yang meninggal. Pertambahannya semakin hari semakin meningkat. Tapi mungkin jiwa "heroik" yang tersimpan di dalam dada warga +62 ini sangat kuat sehingga masih banyak yang berani "mengorbankan nyawa" dengan mengabaikan seruan ini. Subhanallah, so sad. 😢


Apa Saja Yang Termasuk  Physical Distancing itu?

1. Tidak berjabat tangan 
2. Menjaga jarak minimum 1 meter dengan orang lain
3. Menjalankan kerja dan belajar dari rumah, secara online
4. Tidak mengunjungi orang sakit bahkan takziah
5. Memanfaatkan secara maksimal jaringan internet atau sambungan telepon untuk kontak personal, pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat yang dibutuhkan

Physical Distancing Bagi Usia Lanjut. 

Penerapan physical distancing bagi kaum lanjut usia memerlukan pendekatan tertentu. Disarankan bagi keluarga yang menetap seatap dengan orang lanjut usia untuk bisa memberikan pemahaman tentang physical distancing ini dengan lemah lembut. Hal ini diperlukan untuk menghindari krisis hubungan orang tua dan anak karena mereka bagaimana pun juga masih memiliki otoritas yang harus dihormati. Tetap mengupayakan mereka terhubung dengan situasi yang terjadi di luar rumah adalah langkah yang bijaksana. Mengingatkan mereka untuk menghubungi kerabat dan teman-teman dekatnya via telepon atau melalui videocall adalah salah satu contohnya. Tujuannya agar mereka bisa tetap menjalani hari-hari dengan baik tanpa merasa tertekan akibat pembatasan sebagai efek dari physical distancing

Physical distancing yang salah satunya menghadirkan kebijakan work from home menjadi berkah yang luar biasa berkaitan dengan hal ini. Tidak ada lagi hambatan untuk mengadakan shalat jamaah bersama mereka adalah salah satu berkah itu. Orang tua pasti akan bahagia jika ini terjadi.

Physical Distancing bagi para orang tua yang tinggal mandiri atau terpisah dari putra-putrinya atau kerabat yang berusia muda cukup memprihatinkan. Andai mereka berkenan dibujuk untuk tinggal seatap masalah akan menjadi lebih mudah. Bila tidak, maka diperlukan kerelaan salah satu putra-putrinya untuk menemani mereka dan itu pasti akan menjadi dilema yang tidak ringan. Mencarikan seseorang yang bisa menemani mereka baik itu dari lingkungan kerabat atau menggunakan jasa perawat sepertinya bisa menjadi solusi tapi itu bukan sesuatu yang mudah.  

Semoga Allah segera hapus pandemi ini sehingga kehidupan yang normal bisa kembali kita rasakan. Dan jika itu terjadi semoga kita termasuk ke dalam golongan hambaNya yang pandai bersukur. Aamiin.


























  • Share:

You Might Also Like

0 komentar