Resesi Saat Tepat to Start Business! Baca Alasannya.

By Yuniar Djafar - Agustus 14, 2020

 

- Design dari Canva -

Bismillah.

Kadang saya berasa malu, kayak "endel" (bahasa Jawa: genit) saat coba cermati kata resesi yang akhir-akhir ini mulai wira-wiri di layar ponsel melalui media sosial maupun web. Saya jarang nonton televisi sejak televisi kabel di rumah gangguan dan malas mau ngurusnya. Meski saat ini Surabaya kabarnya sudah jadi zona oranye, gak lagi merah, saya malas. 

(Hayo, ada yang heran gak, soal hubungan ngurus gangguan sama zona oranye Surabaya? Kalau ada yang kepo, klik saja di sini.)

Kan, tinggal telepon? Betul, tapi pulsanya itu... Saya tidak tau apakah semacam itu sudah menjadi kelaziman layanan pelanggan atau bagaimana..., sebab selalu ada proses bertele-tele untuk bisa sampaikan pengaduan. Ramah, sih, ramah tapi kalau lelet... Yah, sama aja, kan? Mau pindah provider kabarnya idem saja kondisinya. Ya, wis, sabar saja. As long as I can reach the internet, in sya Allah, no problem, lah. 😄

Maaf, jadi curcol, ya...

Balik ke kata resesi yang bikin malu dan genit. Sebabnya, resesi itu kan, buat saya termasuk urusan guuwwede. Urusannya para pejabat negara. Saya kan, cuma orang awam. Tapi bolehlah, ngintip-ngintip, karena bagaimana pun juga kita kena dampaknya juga. Banget malah!

Saya ingin tau, dampaknya bagi usaha kecil, seperti yang saya ingin mulai lagi. Seperti saya bilang, setelah lama "jumping on the bed" (seperti lagu 5 little monkeys jumping on the bed: One fell off and bumped his head... 11/12 kayak saya tapi saya bakul, bukan monyet. Hhh) saya ingin mulai lagi rilis produk kecil-kecilan.

Dan ternyata justru di masa resesi inilah, startup  menemukan momentumnya. Jadi, buat yang mau mulai wujudkan mimpi bisnisnya tapi masih takut-takut, simak penjelasannya. 

Saya tulis di atas startup tapi percayalah, startup dalam bidang lain (non teknologi) in sya Allah bisa mendapat manfaat tulisan ini. Oh iya, berkaitan dengan hal itu saya kadang menggunakan istilah startup, kadang perusahaan pemula. 

Bukti atau contoh perusahaan besar yang lahir di saat situasi ekonomi buruk. 

Saya mengutip dari situs BBC yang memulai tulisannya dengan:

Tau tidak, jika pemain bisnis global dan populer seperti General Motors, Burger King, CNN, Uber dan Airbnb memiliki kesamaan? 

Kelimanya didirikan saat situasi ekonomi anjlok!

GM didirikan pada tahun 1908 saat ekonomi negara Paman Sam mengalami kekacauan setelah krisis finansial "The Panic Crisis 1907". Sementara Burger King "membalik kepingan daging asapnya" pada tahun 1953 saat negara Paman Sam itu mengalami resesi lagi. Sedangkan CNN memulai siaran pertamanya pada tahun 1980, saat inflasi di AS menukik nyaris hingga 15%.

Untuk Uber dan Airbnb, mereka mempersiapkan bisnis pada tahun 2007-2009 saat resesi global.

Sejarah menunjukkan perusahaan-perusahaan yang sukses bisa lahir justru di saat-saat ekonomi sedang sulit.

Mengapa resesi merupakan saat yang tepat untuk memulai bisnis?

Michael Loeb, pendiri dan CEO Loeb.nyc sebuah perusahaan modal ventura yang mendanai banyak startups mengatakan:

"Momen seperti saat ini seperti situasi kebakaran hutan. Jilatan apinya melumpuhkan beberapa bisnis tapi peristiwa itu juga menghasilkan panas yang meloloskan benih baru ke dalam tanah. Banyak perusahaan luar biasa lahir dari abu kemerosotan ekonomi dan kehancuran pasar."

Situasi seperti inilah yang bisa menggambarkan munculnya Airbnb pada tahun 2008 saat robohnya kredit perumahan dan keuangan di AS membuat orang mencari perumahan terjangkau tanpa komitmen jangka panjang. Di saat seperti itulah Airbnb tumbuh besar sebagai perusahan yang menawarkan alternatif lebih murah dan fleksibel untuk perumahan tradisional. Dan tiga tahun kemudian Airbnb menjadi perusahaan bernilai lebih dari $ 1 miliar. Kurs-kan sendiri, ya... 😄

Alasannya:

1. Sedikitnya pesaing.

Secara umum, selama masa resesi  tingkat persaingan akan menurun. Mengapa? Karena banyaknya pesaing di pasar yang mengalami kebangkrutan. Perusahaan besar pada situasi seperti ini tidak mampu bergerak cepat karena mereka disibukkan reorganisasi perusahaan mereka yang memiliki struktur dan hirarki yang panjang. Mereka tidak bisa luwes dan gesit menyesuaikan diri dalam menghadapi situasi buruk ini. Sebaliknya untuk pemula. Perusahaan pemula biasanya memiliki struktur yang lebih ramping sehingga lebih gesit dalam melakukan adaptasi.

Pada tahap awal dengan persiapan yang matang dibutuhkan lebih sedikit sumber daya untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Sedangkan mereka yang sudah lebih dulu di pasar mungkin tengah terbebani biaya seperti biaya overhead, modal SDM dan hutang berjalan.

Itu artinya perusahaan pemula memiliki peluang untuk menumbuhkan bisnis tanpa kuatir adanya pesaing besar yang akan menguasai pelanggan potensial mereka. 

Yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa produk yang dihadirkan akan dapat menghemat pengeluaran atau setidaknya menjadi solusi masalah utama calon pelanggan. Pada saat penurunan karena resesi ini pelanggan sedang mencari cara penurunan biaya mereka. 

2. Rendahnya biaya marketing dan berkurangnya "kegaduhan" pasar.

Rendahnya persaingan juga menyederhanakan taktik pemasaran dan pertumbuhan. Sederhana maksudnya tidak membutuhkan biaya besar dibandingkan saat kondisi normal. Dalam situasi seperti ini permintaan ruang iklan di Google, FB bahkan LinkedIn mengalami penurunan sehingga biaya iklan akan ikut turun.

Ini berarti jika sebelumnya CAC (Custoner Accuisition Cost/Biaya Akuisi Pelanggan) tinggi karena mahalnya media-media tersebut maka pada saat ini akan lebih terjangkau, setidaknya untuk jangka pendek.

Perusahaan pemula akan lebih mudah untuk mendapatkan eksposur disebabkan rendahnya kepadatan pasar persaingan sehingga bisnis bisa lebih cepat dijalankan.

3. Mengecilnya penawaran kerja dari perusahaan-perusahaan berskala besar membuka peluang untuk mendapatkan tenaga kerja terampil (talents) dengan lebih mudah. 

Secara umum dalam kondisi demikian para talents akan lebih mementingkan rasa aman atas kondisi pekerjaan daripada hal-hal lainnya. Mereka membutuhkan peran yang membuat merasa aman.

Untuk itu yang diperlukan adalah kemampuan untuk membuat mereka yakin bahwa kita mampu memberikan rasa aman untuk pekerjaan mereka. Jika ini yang terjadi maka mereka bisa sangat membantu dalam menjalankan roda perputaran bisnis lebih cepat.

Di luar dari itu semua, yang utama sebenarnya dalam memulai bisnis poin utamanya adalah founders, para pendiri dan produknya. 

Belajar dari pengalaman selama mendanai banyak  perusahaan pemula (startups) kami menemukan satu hal bahwa kesuksesan atau kegagalan sangat bergantung pada kualitas para pendirinya (founder). Situasi ekonomi sudah pasti membawa pengaruh tapi menjadikan situasi ekonomi sebagai dasar prediksi kesuksesan merupakan kesalahan total dibanding mendasarkan pada para pendirinya.-- Paul Graham.

Beberapa tips-nya

Kelanjutan dari hal-hal di atas, Bryan Janeczko dari Entrepreneur Leadership Network VIP -- Entrepneur.com, memberikan tips-nya. Saya mengambil beberapa di antaranya.

1. Temukan ceruk pasar.

Perusahaan yang menentukan industri seperti Airbnb terbentuk selama masa resesi. Memulai dengan pertanyaan: bisakah kita menangani ceruk unik saat ini ataukah bisakah kita menyesuaikan ide awal kita untuk menangani ceruk yang terbentuk? 

Identifikasikan masalah yang dihadapi oleh orang-orang di sekitar kita. Bayangkan solusi potensial untuk masalah yang tidak terjawab oleh apa yang ada saat ini. 

Sebagai contoh, masalah perawatan kesehatan dan pendidikan pada saat ini mengalami gangguan yang sangat signifikan. Karenanya dibutuhkan rekonstruksi yang inovatif untuk kedua hal ini. Pendidikan tidak pernah terganggu selama 100 tahun terakhir. Sekarang orang tua dan siswa ingin mengoptimalkan waktu dan sumber daya online serta interaksi guru untuk menghindari kehilangan waktu belajar selama bebulan-bulan.

Jika produk atau layanan kita belum sesuai dengan kebutuhan saat ini, lihat apakah kita bisa menyesuaikannya dengan standar baru. Kondisi tidak akan normal dalam waktu dekat, kemampuan menyesuaikan diri adalah kekuatan. Jika kita dapat mengisi peluang dengan produk kita maka selanjutnya hanya do the best!

2. Beri orang apa yang mereka butuhkan, yaitu koneksi dan konektivitas.

Selama masa penurunan ini orang cenderung tidak membeli barang-barang yang tidak memenuhi kebutuhan nyata. Produk sembrono akan gagal. Ide-ide yang berhasil difokuskan pada pemecahan masalah dengan baik.

Apa yang dibutuhkan orang sekarang, apa yang kita sendiri butuhkan?

Orang-orang saat ini membutuhkan satu hal: koneksi. Karena itu menciptakan kebutuhan  dan memperkuat hubungan antar manusia adalah hal yang diperlukan saat ini. Karenanya manfaatkan keberadaan online kita saat ini. Jika tidak, hmm, akan sangat sulit mewujudkan upaya ini. Semakin interaktif semakin baik. Manfaatkan alat digital untuk memasarkan diri kita dan membangun hubungan dengan konsumen. 

Tiktok adalah cara yang menyenangkan untuk menjangkau konsumen yang lebih muda. Instagram dapat meningkatkan elemen visual produk dan memulai perdebatan. 

Buatlah pesta rumahan untuk acara peluncuran. Kedekatan dan koneksitas online telah menjadi pilar untuk normal baru saat ini. Meski kelak acara besar diperbolehkan lagi, meneguhkan kehadiran secara online saat ini akan membuahkan eksposur hebat pada masa yang akan datang.

Berkaitan dengan itu, tetap jaga privasi agar kita tidak kehilangan kepercayaan.

- Photo by Northfolk on Unsplash -
 

3. Bersiaplah untuk menanggung resiko secara pribadi.

Jangan lebih besar pasak daripada tiang, sesuaikan semuanya dengan kemampuan keuangan yang ada. Jika mendapatkan investor adalah hal yang sulit sebelum ini, maka pada saat ini mendapatkan mereka akan lebih menantang lagi. Mengapa? Karena pada masa seperti saat ini mereka sedang mengencangkan ikat pinggang. 

"Para investor saat ini tidak mencari ide-ide, mereka mencari bisnis dengan tim dan daya tarik." kata Greechan*, "Anda membutuhkan kesiapan dana minimum yang bisa dibelanjakan sebagai modal agar ide-ide itu bisa dimulai dan mendapatkan dana."

Jika tidak, tanyakan pada diri sendiri secara jujur, sudah haqqul yakinkah dengan  ide-ide yang ada. Untuk menjadi pemimpin bisnis pada saat seperti ini kita dituntut untuk:

- Terbuka dan kreatif, sehingga  bisa memiliki wawasan dari sudut pandang yang berbeda dan mengidentifikasi peluang sedangkan yang lain tidak.

- Memiliki otak yang encer dalam menyelesaikan masalah baru dan tak terduga saat hal itu muncul.

Untuk bisa menjadikan kekuatan kita sebagai modal (kapitalisasi), maka disiplin adalah keharusan. Membuat daftar pengecekan atas pencapaian yang ingin diraih setiap pagi, seperti menghubungi pemimpin industri yang ingin kita ajak kerja sama atau membuat produksi dengan standar kelayakan minimum yang ingin diwujudkan.

Lakukan semuanya selangkah demi selangkah meski ada keinginan yang menggebu. 

Nah, last but not least jadikan sabar dan shalat sebagai penolong dalam mewujudkan ide-ide bisnis yang ingin diraih.

Semoga bermanfaat. 


Baca juga, ya: Masih Hidup? Terus Bergerak, Jangan Menyerah.




Catatan dan Sumber:

* Greechan dari sumber yang saya kutip tidak terdapat keterangan yang lebih rinci tetapi saya menduga yang dimaksud adalah Jonathan Greechan, Co-Founder dari The Founder Institute, San Fransisco, California, Amerika Serikat. https://www.crunchbase.com/person/jonathan-greechan

https://www.bbc.com/news/business-53075485

https://www.entrepreneur.com/article/351070

https://medium.com/swlh/why-you-should-launch-a-startup-during-a-recession-409e959a150

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar