Masih Hidup? Teruslah Bergerak, Jangan Menyerah.

By Yuniar Djafar - Agustus 11, 2020

- Foto oleh Andrew Neel dari Pexels -


Bismillah.


Ini adalah tahun ke sekian bisnis saya seperti ikan yang terlempar dari kolam...

Mau bilang apa kalau sudah jatuh? Marah, frustasi, lari ke zat adiktif, kayak di film atau sinetron itu? Uh, semoga kita dijauhkan dari yang demikian, ya... Yang benar adalah banyak-banyak istighfar, muhasabah (evaluasi), cari teman atau apa saja yang searah dengan arus hidup yang ingin kita raih, bukan sebaliknya. Balik lagi, hidup adalah pilihan. Pilih mau mendekat atau menjauh?

Saya mencoba ingat pengalaman saat memulai bisnis saya dulu. Saya harus belajar lagi. Ya, manusia adalah pembelajar. Saya belajar kembali bahkan pada diri sendiri, kembali mengingat perjalanan hidup yang telah saya lalui. 

Memulai bisnis dengan modal dengkul dan hanya sedikit pengetahuan, itulah keadaan saya. Ya, sedikit pengetahuan... Jaringan bisnis, saya tidak punya. Keluarga dan pertemanan saya terhubung bukan dengan latar belakang bisnis. Latar belakang keluarga mayoritas pendidik, guru. Pertemanan terhubung pun banyak karena latar belakang ini. Sampai-sampai saat saya sudah berkutat bertahun-tahun setelahnya, saat kulakan, misalnya, seringkali orang menanyakan, "Ngajar di mana, mbak? Hahaha... Ma sya Allah, aura guru melekat kuat pada diri saya, ternyata. Alhamdulillah.

Ya, kehidupan, pahit-manisnya sesungguhnya pelajaran. Terserah kepada kita, mau memungutnya atau tidak. Saya memilih untuk memungutnya (kembali).

Saat saya memulai, kesulitan terasa sangat menghimpit. Salah satunya yang saya ingat adalah 'episoda' saat saya tidak bisa menggaji diri sendiri. 

Kami bertiga waktu itu, berbagi tugas. Saya sebagai pimpinan umum merangkap disain produk dan marketing, seorang teman pegang keuangan, seorang lagi produksi. Karyawan kami saat itu baru dua. Uang yang tersisa hanya cukup untuk membayar karyawan kami dan seorang dari kami bertiga. Maka akhirnya saya bersukur saat bisa melalui hal itu. Ya, saya dan teman yang pegang keuangan akhirnya bersepakat untuk tidak menerima gaji. Tapi teman saya yang bagian produksi tidak kami beritau tentang ini. 

Benar-benar sulit saat itu. Tapi satu hal yang saya ingat, kesulitan saat itu datang saat kami sudah mempunyai karyawan. Artinya produk mulai jalan. Artinya kami juga sudah mulai dikenal tapi belum cukup membuat kami "tegak". Pada saat itu saya berpegang hanya pada satu prinsip, bahwa bisnis saya harus hidup. 

Saya mencoba mengais-ngais hikmah pada saat itu. Dan yang saya temukan adalah bahwa saya harus terus bergerak karena saya masih hidup. Saya temukan itu setelah saya mencari-cari beda antara benda hidup dan benda mati, makhluk hidup dan makhluk mati, serta orang yang masih hidup dan yang sudah mati. Yang paling mendasar adalah gerak! Maka saya putuskan untuk bergerak, tidak boleh berhenti. Terus berjalan meski terseok-seok, bahkan merangkak. 



- Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay -


Pegangan saya yang ke dua adalah untuk menjadi berlian. Bagi saya berlian adalah permata yang bernilai tinggi, meski saya tidak pernah memilikinya. 😄 Saya melihat berlian adalah batu yang luar biasa. Ketajamannya mampu menembus bumi, keindahannya tidak ada yang meragukannya. Meski kecil, berlian sangat dihargai, melampaui penghargaan terhadap emas.

Ya, usaha saya kecil tapi meski kecil saya memutuskan untuk hanya menghadirkan yang terbaik. Biidznillah akhirnya Allah memampukan kami menyewa sebuah lapak kecil di sebuah mall di Surabaya utara hingga kemudian pindah ke mall yang lebih berkelas di Surabaya selatan, dan seterusnya sampai waktu tertentu, saya musti belajar lagi..., saat ini. 

Sekarang saya harus memulai dari nol lagi di usia yang tidak muda lagi. Tapi saya ingat, saya masih hidup, karena itu saya akan terus bergerak meski dengan merangkak atau beringsut, in sya Allah. Selebihnya tawakal 'alallah dan husnuzhan kepada-Nya.

Hidup seperti roda yang berputar, ini sebuah ungkapan yang klise, bukan? Tapi ini benar. Perputaran roda adalah keniscayaan. Penyebabnya kita semua akan diuji. Bahkan kaya-miskin, sukses-bangkrut, sehat-sakit adalah ujian semuanya. Melalui ujian kita jadi tau kekuatan kita, melalui ujian kita jadi banyak belajar dan banyak tau.

Dulu saat saya sudah mulai bisa berjalan tegak dalam bisnis kecil yang saya tekuni itu, saya sempat takut dengan ungkapan itu. Pahit-getir saat memulai usaha membuat saya takut. Takut kalau saya jatuh pada putaran di bawah, padahal saya pernah melaluinya di situ. Saya lupa saat itu, bahwa meski susah bahkan "menyiksa" tapi justru karena kesusahan saat di bawah itulah saya bisa terdorong ke atas. Kuncinya di situ. Sedihnya saya lupa tidak mengambil hikmah itu. 😓 

Feed di akun instagram @subiakto yang memuat video Dr. Handry Satriago, mengingatkan saya (kembali) betapa penderitaan atau ujian sesungguhnya adalah cara Allah untuk menanamkan kekuatan dalam meraih level yang lebih tinggi. 

Dalam potongan video itu, dari atas kursi rodanya, dia berkata , "... Setiap orang pasti punya kesusahannya. Anda pasti punya kesusahan masing-masing. Dan ada bagian kesusahan yang dibuat oleh Allah untuk Anda sendiri, untuk dihadapi. Berhentilah berharap orang lain untuk mengerti atas apa yang Anda susahkankan, karena nggak bakalan. Satu-satunya cara adalah menghadapinya. Ketika Anda berani hadapi itu maka ada sebuah kekuatan yang diberi oleh Yang Maha Kuasa yang tidak diberikan kepada semua orang. Kekuatan itu adalah kekuatan memantul balik. Yang akan membuat Anda memantul tinggi ketika Anda dihempaskan ke bawah. Jangan pernah takut kepada kesusahan yang Anda hadapi, apa pun itu. Jangan pernah menyerah."


Design taken from Canva

Siapa Dr. Handry Satriago? Dia adalah CEO General Electric Indonesia, bagian dari GE Company, sebuah perusahaan terbesar dan tertua di dunia yang didirikan oleh Thomas Alfa Edison. Dia juga merupakan CEO termuda dalam sejarah General Electric saat diangkat sebagai CEO (usia 41 tahun, pada tahun 2010). 

Kehilangan kemampuan berjalan saat usia 17 tahun karena kanker kelenjar getah bening yang tumbuh di tulang bagian belakang sempat membuatnya frustasi, tapi biidznillah, melalui dorongan motivasi orang tuanya, beliau bisa melesat  mengalahkan semua halangan dan rintangan. Dari takdirnya itu beliau mendapat hikmah. Dalam sebuah wawancara, sebagaimana ditulis di majalah Tempo, dia berkata, "...Di awal-awal sakit saya komplain terus menerus, bertanya terus menerus tapi sekarang jauh lebih baik. Seperti yang saya katakan kepada Anda, and it's true: kini saya bisa melihat lebih jernih, betapa kanker itu telah memberi saya jauh lebih banyak ketimbang mengambilnya."   

Jangan pernah menyerah! Jangan pernah berputus harap. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sangat menyukai sikap tafa-ul (optimis) dan membenci tasya-um (pesimis). Dalam Shahih Al-Bukhari dari Anas Radliyallahu 'anhu, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada penyakit yang menular sendiri, dan tidak ada kesialan. Optimisme (yaitu) kata-kata yang baik membuatku kagum." (HR. Al-Bukhari 10/181dan Muslim 2224).

Al Hulaimi rahimahullah mengatakan, "Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam suka dengan optimisme karena pesimis merupakan cermin persangkaan buruk kepada Allah tanpa alasan yang jelas. Optimisme diperintahkan dan merupakan wujud persangkaan yang baik. Seorang mukmin diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi." (Fathu Al Bari 10/226).

Wallahu 'alam.













 

Sumber:

https://www.instagram.com/subiakto/?hl=id

https://almanhaj.or.id/3068-bangkit-menuntaskan-putus-asa.html

https://bisnis.tempo.co/read/296679/handry-satriago-si-pemecah-rekor/full&view=ok

















  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

  1. Masya Allah, luar biasa perjuangan ya mbak. Memang membangun usaha butuh proses panjang, saya juga punya pengalaman yg sama. Tapi akhirnya, stop dulu, mungkin memang belum waktunya, hehe..

    Semoga kita selalu dikasih sabar dan sehat supaya bisa terus bergerak melakukan hal-hal positif ya mbak, aamiin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, serasa bertemu teman lama seperjuangan. Jazakillah khayra. Aamiin, semoga Allah ijabah doa-doa kita. Tetap semangat ya, mbak Kyndaerim.

      Hapus
  2. Assalamualaikum mbak Yuniar,
    salam kenal.
    Saya bisa membayangkan di posisinya mbak. Sedang mengalaminya juga, dan satu-satu nya cara memang hanya mengembalikan kepada kekuatan yang lebih besar dari saya. Apalagi diberikan kondisi tubuh yang sempurna, tinggal saya yang sekarang harus berusaha lebih keras.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal balik, mbak Renov. Terima kasih sudah berkenan tilik. Betul, mbak Renov, hanya kepada-NYA kita bersandar. Semoga Allah karuniakan bimbingan dan mudahkan urusan mbak Renov.

      Hapus