Ko n f l i k

By Yuniar Djafar - Oktober 09, 2019

Foto: Devanath dari www.pixabay.com

Ini tentang pengalaman saya dalam hadapi konflik (besar) selama tekuni usaha bersama  teman-teman. Saya memang nyaris selalu bangun usaha dengan "bergerombol" 😄. Karenanya selain terbukanya peluang konflik dengan karyawan terbuka pula peluang konflik dengan partner. Konflik dengan karyawan bukan untuk diremehkan tapi konflik yang paling berbahaya adalah konflik internal pendiri sekaligus pengelola, sesuatu kekhasan dalam sebuah usaha kecil. Eit, jangan salah paham, ya. Yang saya maksud khas di sini adalah keberadaan pendiri yang sekaligus sebagai pengelola. Itulah yang saya akan ceritakan.

Meskipun sudah bersama dalam hitungan lebih dari sekedar satu atau dua tahun bahkan sepuluh tahun dan berusaha menjaga hubungan baik-baik adakalanya perbedaan pemikiran pun menyeruak juga. Perbedaan pemikiran yang tumbuh karena perbedaan pendidikan, ekonomi dan strata sosial dan lain-lain. Awalnya baik-baik saja, no problem tapi bersamaan dengan waktu berjalan keadaan bisa berbalik dan akhirnya menjadi sumber masalah. Semua perbedaan latar belakang kita berpotensi untuk timbulkan konflik. Pengalaman terakhir saya adalah konflik yang menurut saya konflik besar dengan partner usaha saya. Kami telah bersama memulai usaha dari 0 (nol) yang kata orang Surabaya: nul puthul remeg..., bersama seorang teman lagi lebih dari 15 tahun. Ya, pada awalnya saya berusaha bertiga. Tapi qadarullah setelah 15 tahun itulah justru konflik muncul. Alhamdulillah, konflik itu muncul setelah kami sudah mencapai puncak prestasi kami dalam mengelola UMKM. Setidaknya saat saya memutuskan untuk menghentikan partnership dengannya kami sudah pernah melalui 1 siklus komplet. Siklus babat alas, kata orang Jawa, hingga siklus kami (mestinya) bisa  naik kelas menuju usaha kelas menengah bila berdasarkan omzet dan keuntungan (waktu itu). Tapi inilah takdir itu kami berpisah dan kini saya musti mulai lagi dari nol lagi bersama seorang teman yang tersisa. 

Orang lain bisa bilang bahwa justru di saat mencapai puncaklah potensi konflik semakin membesar. Saya bilang tidak. Menurut saya konflik berpotensi terjadi kapan saja. Kita memang musti berhati-hati tapi kehati-hatian tidak pernah bisa menghindarkan kita dari konflik. Sebelumnya saya pernah mengalami konflik di saat usia usaha kami baru memasuki 3  tahun. Tapi dengan partner yang berbeda yang membuat saya memutuskan keluar dan mendirikan usaha  yang ini, yang akhirnya kandas juga setelah 15 tahun lebih. Membangun usaha yang langgeng amat sangat tidak mudah. Pernyataan yang naif, ya? Iya 😔

Konflik tidak pernah menghasilkan situasi yang nyaman atau damai. Selalu begitu di awal dan akan selamanya begitu jika kita tidak bisa menerima konflik sebagai bagian dari pembelajaran yang  bisa membawa kepada penguatan mental-spiritual kita. Tapi saat kita bisa menerima dan mengakui konflik maka konflik akan menjadi guru yang baik.

Konflik terakhir yang saya sebutkan di atas mengantarkan saya kepada pemahaman bahwa konflik adalah bagian dari musibah yang mengajarkan saya untuk tingkatkan amal dalam tawakal 'alallah. Karena itu pendekatan yang saya pakai setelah terjadinya the latest conflict itu adalah pendekatan sebagaimana saat mendapatkan musibah. Saya merasa sepertinya umur turut berperan untuk mengantarkan saya pada pemahaman ini, alhamdulillah. Sedangkan pada konflik sebelumnya saya belajar bahwa konflik adalah resiko  dalam mempertahankan prinsip dan darinya saya mendapatkan pemantik api untuk membuktikan saya bisa lebih baik.  

Konflik sebagai bagian dari musibah

1. "Tidak ada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya." Q.S Al Hadiid (57); 22.

2. Musibah terjadi karena diundang oleh dosa.
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosamu) sendiri, dan Allah memafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Q.S Asy-Syura (42); 30.

3. Musibah adalah cara Allah  mendekatkan kepadaNya dalam keadaan tanpa dosa.
Dari Abu Hurairah Rodliallahu anhu, ia berkata, "Rasulullah shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda: cobaan tetap akan menimpa seorang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada satu kesalahan pun. (Isnadnya hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadist no. 2510. Dia menyatakan hadits ini hasan shahih, Ahmad 2/287, Al Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby.)

4. Musibah mengajarkan kita tentang kesabaran.

5. Jika ikhlas menerima ketetapannya ini (konflik) maka bisa menjadi penggugur dosa.
"Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang),  
kesusahan hati, atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapus dosa-dosanya. HR. Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573.

6. "...Tetapi bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal dia amat baik bagimu dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." Q.S Al Baqoroh; 216.

7. Allah tidak pernah dzalim dalam membuat ketetapan. 
"Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan sesungguhnya Allah tidak menzhalimi hamba-hambaNya." Q.S Ali 'Imran (3); 182.

Konflik mengajarkan banyak hal. Tidak perlu takut dan kuatir tentang konflik tapi juga jangan menantang konflik. Kerjakan yang terbaik dalam setiap keadaan. Just do your best!

Tapi dari ke tujuh hal di atas yang saya sesali adalah poin ke 4. Saya merasa gagal dalam poin ini meski pada poin-poin yang lain pun saya masih timbul tenggelam. Tapi hikmahnya ilmu saya tentang sabar jadi bertambah. Saya baru tau jika sabar itu dinilai pada awal musibah. Ya, dikatakan sabar itu jika kita bersabar pada awal musibah. 

Dari Anas bin Malik, beliau berkata:

Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam pernah melewati seorang wanita yang menangis di sisi kuburan. Lalu Shalallahu 'alayhi wa sallam besabda, "Bertakwalah pada Allah dan bersabarlah." Kemudian wanita itu berkata, "Menjauhlah dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibahku dan mengetahuinya." Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu bahwa orang yang berkata tadi adalah Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam. Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam. Kemudian dia tidak mendapati seorang yang menghalangi dia memasuki rumah Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam. Kemudian wanita itu berkata, "Aku belum mengenalmu." 


Lalu Nabi shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya namanya sabar itu di awal musibah." H.R Bukhari no. 1283.

Ya, benar. Saya merasa mirip wanita itu. Setelah terjadinya puncak konflik itu saya sangat tidak bisa menahan emosi. Sakit hati, sedih, marah bercampur aduk rasanya.  Sungguh yang saya hadapi waktu itu tidak selancar saya ketikkan huruf-huruf yang ada sekarang... Huhuhu... 😢 . Kalau ingat-ingat ini saya berpikir, dapat apa gak, ya, pahalanya? Astaghfirullah.








Sumber:
www.rumaysho.com
www.muslimah.or.id













  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Bagus bener bund..mental harus siap buat kuat menghadapi konflik yang bisa terjadi kapanpun dan dengan siapapun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kita gak pernah bisa prediksi tentang itu, mbak Ifa. Jazakillah khayra, sudah tengok lapak tulisan saya.

      Hapus