Perdebatan tersebut dimenangkan oleh para keponakan dengan dalih karena sesungguhnya mereka dalam mengisi kolom kesukuan, isiannya adalah: Jawa. Hahaha... Ya, ayah mereka memang orang Jawa. Ini bukan rasisme, hanya keinginan mendapatkan yang beda daripada biasanya dengan nguri-uri kabudayan semampu kami. 😊
Giliran para Eyang memilih sebutan. Saya mengusulkan Kakak perempuan dan Kakak ipar dengan panggilan Tuti (dari kata Uti) dan Tatung (dari kata Kakung) tapi Kakak saya ternyata lebih nyaman dengan sebutan Uti sedangkan Kakak ipar memilih sebutan Datuk dengan disingkat menjadi Atuk. Jadilah Uti dan Atuk mereka dipanggil. Adik saya minta dipanggil Ballik. Dalam bahasa Madura Ballik biasa dipakai untuk panggilan adik dari Kakek atau Nenek. Atau kalau bahasa Jawa: Mbah Cilik atau Mbahlik. Bahasa Madura memang banyak menyerap Bahasa Jawa. Untuk saya? Tetap dengan panggilan Grannie. Jadi nyempal sendiri... Hihihi, seru kan?
0 komentar