Jujur Dan Ketelanjangan aka Mujaharah

By Yuniar Djafar - November 07, 2019



Jujur 


Jujur biasanya menjadi hal pertama yang diajarkan orang tua kepada anaknya. Orang tua bertanggung jawab tentang akhlak anak-anaknya dan jujur inilah, yang biasanya ditekankan pertama kali. Ternyata jujur juga menjadi hal yang terus menjadi poin penilaian saat sudah dewasa bahkan saat sudah usia lanjut. Jujur memang diharapkan di sepanjang hayat manusia.

Sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullahu shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan akan mengantarkan kepada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." H.R Muslim no. 2607.  

Tapi kita kadang salah memahami dengan menganggap jujur identik dengan ketelanjangan sehingga hal-hal yang seharusnya ditutupi pun terdedah (terekspos). Setali tiga uang dengan keterbukaan. Keterbukaan juga seringkali dianggap demikian.

Karena tidak ingin dianggap munafik orang jadi menyingkap aib mereka sendiri. Karena ingin membuktikan loyalitas dalam lingkup persahabatan dalam segala bentuknya, seseorang bisa membuka aib sendiri.

Baru-baru ini viral tentang seorang selebritis yang "mengakui" bahwa dirinya telah melakukan perzinahan dengan perempuan yang akhirnya dinikahinya, yang menyebabkan sang perempuan hamil duluan sebelum mereka menikah. Dan untuk mengungkapkan "kejujuran" itu mereka pun mengeksposnya melalui sebuah kanal Youtube.

Dan parahnya lagi beberapa akun berita pun menjadikan peristiwa ini seolah-olah sebuah peristiwa yang layak dirayakan. Sehingga kita pun bisa dapatkan ekspos tentang "romantisme" kedua pasangan tersebut sebagai lanjutan.

Dari sini saya mengingatkan diri sendiri bahwa betapa dahsyatnya dampak gerakan jari tangan kita di atas bilah plastik keyboard laptop maupun ponsel. Marilah saksikan kelanjutan dampak dari peristiwa ini. Dari keyboard seorang penulis sebuah akun berita sebuah tatanan masyarakat dapat berubah. Apakah perubahannya itu total, frontal atau tidaknya hanya masalah waktu dan intensitas. 

Fenomena pengabaian nilai-nilai mulia yang berabad-abad dimuliakan dan dijaga  bisa terkikis dan hancur hanya melalui ayunan jemari. Tidak diragukan lagi setelah ini hamil di luar nikah yang dulunya sebuah aib, kemudian berubah menjadi sesuatu yang berat hati diterima sebentar lagi akan menjadi sebagai sebuah kewajaran bahkan menjadi keindahan saat perbuatan aib itu dilampiri fakta romantisme. Selalu begitu pola sebuah kerusakan, seperti yang disebut dalam ayat 39, Q.S Al Hijr, 
Ia (iblis) berkata, "ya, Tuhanku oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua." 

Mujaharah

Perilaku mendedah maksiat termasuk dalam kategori Mujaharah. Pelakunya disebut Mujahirin. Ingat, bukan Muhajir-in, lo. Hanya beda penempatan huruf ha tapi artinya bisa bertolak belakang. 

Mujaharah adalah:
  1. Melakukan maksiat secara terang-terangan di hadapan manusia. 
  2. Menyingkap apa yang telah Allah tutupi dari perbuatan maksiatnya Seakan-akan mereka itu dengan menceritakan perbuatan maksiatnya karena bangga dan meremehkan dosa yang dilakukan. 
  3. Seperti apa yang dilakukan pelaku maksiat yang mengumumkan kemaksiatannya kepada khalayak umum. (Nahdratun Naim hal. 5548, jilid 11)
Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, aku mendengar Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda:
Setiap umatku akan mendapatkan ampunan kecuali mujahirin (orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari kemudian pada pagi harinya dia menceritakan tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu. Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut. HR. Bukhari no. 6069 dalam kitab Fathul Bari dan lafadz ini milik Bukhari dan Riwayat Muslim no. 2990

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang teramat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang amat pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." Q.S An Nur (24); 19.

Dari sahabat Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Tidaklah perbuatan zina dan riba itu telah tampak (secara terang-terangan) di suatu kaum kecuali mereka telah menghalalkan adzab Allah bagi mereka sendiri. HR. Ahmad dan Abu Ya'la dan dinilai shahih oleh Syekh Ahmad Syakir.


Mujaharah di dalam lingkup keluarga.

Masak sih sama keluarga kita mau begitu? Berhati-hati tetap diperlukan. "Pintu masuk"  mujarah di rumah adalah saat ada tamu. Tamu dari keluarga dekat atau teman dekat yang sebelumnya cukup lama dipisahkan oleh jarak dan waktu.  Saat menggali kenangan adalah saat rawan. Jika tidak hati-hati, yang awalnya sekedar hanya untuk mengenang masa lalu yang lucu atau menyenangkan bisa menjadi ajang mujaharah. Hal ini akan semakin parah apabila didengar atau diketahui oleh anak-anak, secara sengaja ataupun tidak sengaja. Dampaknya mereka bisa jadi akan berpikir, "Oh, ayah/ibu dulu begitu... Kalau begitu aku juga boleh, dong, begitu."

Semoga kita dijauhkan dari mujaharah. Ngeri akibatnya, baik akibat di dunia maupun  akibat di akhirat. Aamiin.











Sumber:

www.muslim.or.id

www.rumaysho.com








  • Share:

You Might Also Like

0 komentar